Kunjungan pembelajaran ini merupakan serangkaian kegiatan program yang diselengarakan oleh Global Environment Centre (GEC) dan Aramco Asia Singapura. Kegiatan berlangsung selama 5 Hari ( 29 November s/d 3 Desember 2023) dengan tujuan memberikan paparan dan pengalaman kepada Tim Yayasan Gambut (YG) serta Kelompok Masyarakat Sekat Bakau (SBCG) Desa Buruk Bakul dalam pengelolaan dan pengembangan organisasi di kawasan ekosistem mangrove yang berbasiskan komunitas. Lokasi pembelajaran ini terdapat di Pulau Tanjung surat dan Parit Kasim dimana kelompok yang ada telah di dampingi serta didukung oleh GEC dalam mengatasi permasalahan lingkungan lokal serta pengembangan mata pencaharian yang berkelanjutan.
Sharing Session Manajemen Organisasi bersama Sahabat Hutan Bakau Pulau Tanjung Surat
Kunjungan belajar pertama delegasi Indonesia adalah Pulau Tanjung Surat, terdapat Kelompok Sahabat Hutan Bakau Pulau Tanjung Surat (SHBPTS) yang berbagi pengalaman dan wawasan yang berharga tentang bagaimana pengelolaan kelompok, manajemen keuangan dan diversifikasi pilihan ekonomi lokal.
Sesi ini berlangsung dengan cukup aktif, bagaimana delegasi Indonesia saling bertanya pengalaman dan tantangan yang di hadapi SHBPTS menerapkan pengetahuan yang di terima dari GEC tentang praktik manajemen organisasi, kemudian teknik dalam penanaman bakau serta wisata desa yang dikelola dengan pelibatan aktif multipihak . Badariah selaku Ketua SHBPTS menjelaskan pengalaman praktis dan langsung atas upaya konservasi dan restorasi mangrove serta memberikan semangat untuk rekan sekelompok untuk memiliki inisiatif di organisasi.
R. Nagarajan dari GEC mengatakan bahwa kunjungan pertama ini di fokuskan untuk dapat melihat secara langsung keberhasilan upaya konservasi dan restorasi mangrove, yang dapat menjadi inspirasi dan kesempatan belajar untuk proyek atau inisiatif bagi Kelompok Sekat Bakau, termasuk bagaimana pengelolaan lingkungan menjadi wisata desa dan pengenalan produk daya tarik wisata yang dikelola SHBPTS yang menampilkan potensi pariwisata berbasis masyarakat dan produk lokal yg dapat menjadi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.
Pada kesempatan kali ini juga di hadiri oleh perwakilan dari Aramco Malaysia, Siti Sahidah Mohit dan Lenny Hartini Apandi, Siti Sahidah menyampaikan sambutan singkat dan mengatakan kehadiran dan dukungan mereka menunjukkan pentingnya kolaborasi dan kemitraan antar organisasi untuk tercapaiannya tujuan yang baik.
Para delegasi disambut hangat oleh Penghulu Mukim Tanjung Surat, Tok Haziq Zakaria, perwakilan dari Kantor Kecamatan, Kota Tinggi, Johor, Malaysia, yang dilanjutkan dengan kegiatan menanam 200 bibit dan pohon mangrove ( Rhizophora mucronate – Bakau Kurap).
Perwakilan delegasi Indonesia Tuti Kelana selaku ketua Kelompok Tani Wanita Makmur Jaya berkesempatan berbagi pengetahuan kepada SHBPTS tentang ekstraksi warna alami dari material yang ditemukan di mangrove seperti serasah alami mangrove dan semak belukar. Ia mendemonstrasikan proses pembuatan batik (eco-print on fabric) bermotif dengan menggunakan bahan-bahan alami tersebut, sehingga ia menonjolkan produk tambahan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi SHBPTS.
Upaya Mengatasi Degradasi Kawasan Pesisir Parit Kasim, Muar
Perjalanan berikutnya delegasi diberangkatkan ke Muar, Johor, setibanya di sana, peserta menikmati hidangan lokal berupa ikan hasil dari perikanan tangkap di kawasan tersebut. Delegasi di sambut oleh En. Musa bin Ali, Ketua Komunitas Mangrove Parit Jawa.
Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Penghulu Parit Jawa, Bapak Mohd Afezan bin Yahya yang mewakili Kantor Kecamatan Muar. Dalam sambutannya, beliau sangat bangga bahwa upaya yang tengah mereka lakukan telah mendapatkan kunjungan dari negara tetangga sehingga menambah semangatnya untuk terus berbuat demi kelestarian ekosistem mangrove di daerah yang dipimpinnya.
Selama kunjungan ke dalam kawasan mangrove parit jawa, para delegasi diajak berkeliling melalui jalur yang telah disiapkan, kemudian R. Nagarajn dari GEC memaparkan bagaimana kerusakan kawasan ekosistem pesisir manngrove di parit jawa selama kurun waktu 10 tahun terakhir yang mengalami degradasi. pengikisan daratan yang terjadi pada akhirnya membuat kepunahan terhadap jenis tumbuhan mangrove yang ada di dalamnya.
Upaya restorasi dan rehabilitasi yang dilakukan oleh Komunitas Mangrove Parit Jawa dengan dukungan Global Environment Centre adalah dengan membangun paritan yang bertujuan untuk menangkap air asin masuk kedalam kawasan yang membutuhkan genangan untuk dapat ditanam kembali jenis tanaman bakau yang semestinya.
Fasilitas yang dibangun didalam kawasan mangrove mendapatkan dukungan oleh pemerintah dengan partisipasi aktif dari Klub Komunitas Parit Kassim dan Penghulu Parit Jawa. R. Nagaraja dari GEC mengatakan bahwa pentingnya pengumpulan data dasar sebelum melakukan tindakan rehabilitasi, sehingga dapat mengurangi kesalahan dimasa yang akan datang. Para delegasi juga diberitahu mengenai permasalahan yang dihadapi di wilayah tersebut dan metode rehabilitasi yang sedang berjalan, seperti pembangunan saluran pasang surut dan teknik penanaman. Upaya masyarakat, termasuk penyediaan fasilitas dan prospek ekonomi bagi anggotanya, sehingga ini dapat menjadi nilai positif bagi para delegasi.
Mulyadi dari Yayasan Gambut menyampaikan dalam sambutan bahwa proses kunjungan belajar ini diharapkan dapat memotivasi dan menginspirasi kelompok Sekat Bakau dan juga menjadi wawasan baru kepada setiap peserta delegasi dari Indonesia, sebagai penutup Mulyadi juga mengatakan bahwa pertemuan baik yang sedang dilalui ini bukan karena setiap orang yang hebat, bahwa karena “Mangrove” lah perkumpulan ini dapat terjadi, ia juga menekankan bahwa karena kesamaan visi untuk tercapainya lingkungan pesisir yang lestari maka adanya orang – orang baik yang peduli terhadap lingkungan.
Pada kunjungan belajar ini selain tim dari Yayasan Gambut dan Anggota kelompok Sekat Bakau juga turut serta Kepala Desa Buruk Bakul, Camat Bukit Batu, 2 orang perwakilan Kelompok Tani Wanita Makmur Jaya (KTWMJ) Desa Temiang dan 2 orang perwakilan Yayasan Bahtera Melayu (NGO lokal di Kabupaten Bengkalis).