Antara Konservasi, Budaya dan Peluang Ekonomi melalui Potensi Gula Nipah

Bertekstur lembut, dengan rasa campuran manis serta gurih dengan warna coklat kekuningan” adalah gambaran awal setelah mencicipi rasa dari air nira tanaman nipah yang telah dimasak.

Nipah (Nypa fruiticans) merupakan sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau wilayah pasang surut dekat tepi laut. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai 7 meter dan tangkai bunga nya dapat mencapai 1 meter. Keberadaan nipah merupakan indikator yang baik bagi ekosistem mangrove serta memiliki fungsi dalam menjaga stabilitas ekosistem wilayah pesisir, dimana tumbuhan ini membantu mengikat sedimen, menjaga stabilitas substrat dan kualitas air di ekosistem mangrove. Tentunya ini akan mampu melindungi wilayah daratan dari abrasi dan intrusi air asin.

Buah Nipah ( Nypa Fruticans ) atau dikenal juga dengan buah Tematu

Nipah juga menjadi tempat berlindung dan tempat berkembang biak bagi spesies – spesies hewan seperti ikan, kepiting dan burung yang masuk kedalam keanekaragaman hayati ekosistem mangrove. Dengan menjaga keberadaan nipah dari ancaman kerusakan sama halnya menjaga keanekaragaman hayati serta kelestarian wilayah pesisir yang turut membantu mitigasi perubahan iklim.

Kebudayaan dan sumber Sumber Pangan

Dalam perjalanan kehidupan masyarakat riau, keberadaan tumbuhan nipah memiliki peran penting dalam aspek kebudayaan, sosial dan ekonomi. Pendahulu masyarakat di Riau telah memanfaatkan nipah sebagai bagian dalam upacara tradisional seperti menyemah laut dan juga bahan dalam membangun rumah melayu berakit, seperti atap berbahan daun nipah dan juga dimanfaatkan untuk membuat dinding (kajang). Selain itu daun nipah juga di anyam untuk menjadi tikar dan tas baik itu untuk digunakan secara pribadi atau bisa dijual dipasaran. Pemanfaatan dan pengolahan nipah ini tetap terus dilakukan hingga sekarang yang mana telah di berikan inovasi untuk mengikuti perkembangan zaman agar dapat memunculkan minat masyarakat dalam memilki produk turunan dari nipah.

Daun Nipah dimanfaatkan sebagai atap bangunan

Pemanfaatan nipah sebagai sumber pangan telah di lakukan dari zaman dahulu dengan pengolahan secara tradisional, meskipun belum dimanfaatkan secara optimal, secara pengetahuan lokal dimasyarakat,  olahan dari buah nipah dapat dibuat menjadi beberapa produk seperti tepung, dodol, manisan buah, dan dari air nira sadapan dapat dibuat selai, gula cair dan permen.

Melirik Potensi gula nipah dan Peningkatan Kapasitas Kelompok Konservasi Mangrove

Melimpahnya keberadaan tanaman nipah di wilayah pesisir Riau memiliki potensi yang baik untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku pangan pada skala industri, dimana ini potensi ini akan berperan besar dalam mendukung diversifikasi pangan, memberi manfaat jangka panjang bagi ketahanan pangan dan ekonomi, serta proses konservasi wilayah pesisir tanpa mengabaikan kesejahteraan masyarakat didaerah pesisir.

Pembukaan pelatihan Pengolahan gula nipah di Ruang Pertemuan Desa Buruk Bakul

Mulyadi selaku Direktur Yayasan gambut menyatakan bahwa saat ini yang menjadi tantangan dalam upaya konservasi adalah menemukan solusi untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan, baik itu di darat dan juga di kawasan pesisir. Berdasarkan dari kondisi tersebut, Yayasan Gambut mencoba melirik nipah untuk dimanfaatkan nira nya sebagai produk hasil hutan bukan kayu yang memiliki nilai ekonomi.

Proses pelatihan saat memasak Air Nira Nipah menjadi Gula Nipah

“kami Yayasan gambut tengah menyusun rantai pasok dan rantai nilai dari olahan air sadapan nipah ini, yang mana kita sudah menemukan pola untuk dapat mendistribusikannya di pasaran, akan tetapi memang perlu peningkatan dalam kualitas produk gula nipah” Ungkap Mulyadi didalam pembukaan acara pelatihan pengolahan gula nipah di desa buruk bakul, kabupaten bengkalis.

Pada tanggal 26 April 2025, Yayasan gambut bersama Global Environment centre (GEC) mengadakan pelatihan pengolahan gula nipah, di desa buruk bakul. melalui dukungan program “Perlindungan dan Penanaman Mangrove Berbasis Komunitas di Desa Buruk Bakul dan Desa Kelapa Pati, Kabuapten Bengkalis”  yang didukung penuh oleh Aramco Asia Singapore. Pelatihan diikuti oleh 47 peserta yang berasal dari berbagai komunitas lokal, antara lain Kelompok Parit Seghagah dari Desa Kelapapati, Kelompok Sekat Bakau Desa Buruk Bakul, KTH Sepahat Hijau dari Desa Sepahat, Kelompok Tani Wanita Makmur Jaya dari Desa Temiang, Organisasi Lokal Bahtera Melayu, Pemerintah Desa Buruk Bakul, Kelompok Pesisir Riau Lestari dari Desa Sungai Selari, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bandar Bakau dari Kota Dumai.

Praktik lapangan saat Menyadap Nipah

Selama pelatihan, peserta mendapatkan sesi teori yang mencakup ekologi pohon nipah, teknik penyadapan nira yang efektif, dan proses pengolahan nira menjadi gula nipah. Sesi ini disampaikan oleh fasilitator berpengalaman: Amrul Khori dan Joni Irawan dari Fakultas Pertanian Universitas Riau, bersama dengan Ibu Nurbati, produsen gula nipah tradisional dari Desa Kubu, Kabupaten Rokan Hilir. Setelah sesi kelas, peserta terlibat dalam praktik lapangan langsung di daerah mangrove, mempelajari cara menyadap nipah untuk mengumpulkan nira berkualitas tinggi dan cara mengolah nira menjadi gula nipah tradisional.

Air nira nipah yang telah dimasak selama kurang lebih 30 menit

Pelatihan ini menandai langkah penting dalam memperkenalkan mata pencaharian alternatif yang ramah lingkungan berdasarkan konservasi mangrove. Diharapkan keterampilan yang diperoleh akan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat pesisir sekaligus memperkuat upaya perlindungan ekosistem mangrove di Bengkalis dan sekitarnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta, fasilitator, dan mitra yang berkontribusi dalam membangun masyarakat pesisir yang lebih tangguh dan berdaya.

“Anak ayam ciap – ciap

Ciap ciap di atas batang

Ontok ontok diam diam

Pagi potang omak datang”

(syair saat melakukan pemukulan tangkai buah nipah)

“Buai buah tematu kubuai bukak pintu

Kubuai la kau tematu anak yatim nak menyusu”

(syair saat mengayunkan buah nipah)