Global Environment Centre (GEC), dengan dukungan “Airbnb Community Fund”, mengadakan forum yang mempertemukan berbagai komunitas peduli lingkungan. Dalam forum ini, para peserta yang tergabung dalam JKGEC saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang upaya-upaya pelestarian lingkungan yang telah mereka lakukan. Selain diskusi, peserta juga berkesempatan memamerkan produk-produk ramah lingkungan hasil karya komunitasnya. Sebagai bagian dari kegiatan, peserta diajak mengunjungi beberapa lokasi di Ipoh, Perak, Malaysia, untuk melihat langsung bagaimana masyarakat setempat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Selama tiga hari penuh, mulai tanggal 17 hingga 19 Agustus 2024, forum yang diselenggarakan oleh Global Environment Centre (GEC) sukses menyatukan 30 komunitas peduli lingkungan dari berbagai penjuru. Kegiatan ini tidak hanya diisi dengan diskusi mendalam, tetapi juga kunjungan lapangan ke tiga lokasi inspiratif: Taman Chemor Idaman, Klebang Selatan, dan Kampung Tonggang. Menariknya, perwakilan dari Indonesia turut berkontribusi, di antaranya Kelompok Tani Wanita Makmur Jaya dari desa Temiang, Kelompok BELATRAM dari Kampung Tanjung Kuras, dan Kelompok Sekat Bakau dari Desa Buruk Bakul. Kehadiran mereka semakin memperkaya pertukaran pengetahuan dan pengalaman dalam forum ini.
Dalam forum JKGEC, para anggota diberikan kesempatan emas untuk memperkuat jalinan kerja sama antar komunitas. Melalui berbagi pengalaman, pemahaman, tantangan, dan solusi yang dihadapi di daerah masing-masing, tercipta ruang kolaboratif yang memungkinkan setiap anggota untuk saling belajar dan mendukung. Diskusi terbuka ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga melahirkan ide-ide inovatif untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang kompleks.
Kunjungan ke KRT Klebang Selatan
Perkumpulan Warga Klebang Selatan telah menjadi contoh inspiratif dalam menggabungkan produksi pangan dengan pelestarian lingkungan. Kunjungan kami ke kelompok ini membuka mata akan inovasi yang mereka terapkan. Dengan memanfaatkan sungai sebagai sumber irigasi dan menggunakan sistem irigasi cerdas yang didukung energi surya, mereka berhasil menjaga kelestarian lingkungan sambil menghasilkan produk-produk berkualitas seperti keripik singkong, minuman air tebu, dan air kelapa murni. Komitmen mereka terhadap keberlanjutan tidak hanya tercermin dalam praktik pertanian, tetapi juga dalam menjaga kebersihan sungai yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Kunjungan ke Klebang Selatan menunjukkan bahwa usaha berbasis komunitas dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi masyarakat. Dengan jumlah anggota aktif sebanyak 20 orang, kelompok ini mampu menghasilkan pendapatan hingga RM 10.000 per bulan saat musim ramai seperti bulan puasa. Keberhasilan mereka dalam memproduksi keripik singkong dan minuman segar telah meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar. Lebih dari itu, usaha ini juga telah menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat perekonomian lokal.
Kunjungan ke KRT Chemor Idaman
Kelompok Masyarakat KRT Chemor Idaman telah menunjukkan inisiatif yang luar biasa dalam mengembangkan dan merawat Sungai Kuang. Selain itu, mereka juga aktif dalam kegiatan pertanian perkotaan, seperti hidroponik. Dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti terong, pepaya, dan okra, kelompok ini berhasil memenuhi sebagian kebutuhan sehari-hari. Kegiatan pertanian mereka terintegrasi dengan upaya pelestarian sungai melalui pengelolaan limbah yang baik. Mereka melakukan perawatan saluran pembuangan, membuat kompos, dan bahkan mengelola penjualan oli bekas. Semua upaya ini bertujuan untuk menjaga kebersihan Sungai Kuang dan mencegah pencemaran yang dapat berdampak buruk pada lingkungan.
Pentingnya menjaga kebersihan sungai sangat dipahami oleh anggota KRT Chemor Idaman. Mereka menyadari bahwa sampah yang dibuang sembarangan dapat mencemari tidak hanya Sungai Kuang, tetapi juga sungai-sungai lainnya seperti Sungai Chemor, Sungai Pari, Sungai Kinta, Sungai Perak, dan akhirnya bermuara di Selat Malaka. Oleh karena itu, kelompok ini secara aktif melakukan berbagai kegiatan untuk mencegah pencemaran sungai, seperti edukasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah yang benar. Dengan demikian, KRT Chemor Idaman tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan lokal, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kebersihan ekosistem yang lebih luas.
Kunjungan ke Masyarakat Adat/Orang Asli Sungai Tonggang
Puncak dari rangkaian kunjungan adalah ke Desa Sungai Tonggang, Tanjung Rambutan, Ulu Kinta, di mana masyarakat Orang Asli Sungai Seno’oi telah berhasil mengembangkan ekowisata yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan kekayaan alam hutan dan sungai di sekitar mereka, masyarakat asli ini menawarkan pengalaman wisata yang unik, memadukan keindahan alam dengan kekayaan budaya mereka. Ekowisata Kayuh D’Tonggang, begitu mereka menyebut kawasan kelola mereka, terletak sekitar satu jam perjalanan dari kota Ipoh.
Selama kunjungan, peserta diajak untuk lebih dekat dengan alam dan budaya masyarakat Orang Asli. Selain menikmati keindahan hutan dan sungai, peserta juga berkesempatan menyaksikan langsung bagaimana masyarakat asli memasang jerat sebagai salah satu cara mereka memenuhi kebutuhan hidup. Sebagai bentuk keramahtamahan, masyarakat setempat juga menyuguhkan hidangan khas dan buah-buahan hutan seperti durian, rambutan, dan cempedak. Pengalaman ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan masyarakat adat dan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Ekowisata Kayuh D’Tonggang tidak hanya memberikan pengalaman wisata yang unik, tetapi juga menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi masyarakat setempat. Sejak dimulai pada tahun 2023, ekowisata ini telah berhasil menghasilkan pendapatan lebih dari RM 50.000. Pendapatan ini dibagi secara adil kepada sekitar 20 anggota komunitas. Keberhasilan ini membuktikan bahwa pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi dapat berjalan seiringan.
Mengutip Kuala Lumpur New Straits Times, Direktur Faizal Parish menjelaskan bahwa program peduli sungai yang digagas oleh GEC ini memiliki cakupan nasional. Program ini secara khusus memfokuskan upaya penyelamatan pada Daerah Aliran Sungai Klang dan Sungai Kinta. Kedua daerah aliran sungai ini dipilih sebagai pilot project untuk mengatasi tantangan spesifik yang dihadapi masing-masing kawasan
Kegiatan ini tidak hanya sekedar kunjungan biasa, tetapi juga menjadi ajang untuk mengasah kreativitas peserta. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, peserta dilatih untuk mengoperasikan smartphone sebagai alat bantu dalam mengabadikan momen-momen berharga selama kegiatan. Mulai dari teknik dasar fotografi hingga pencahayaan, semua pengetahuan tersebut diberikan secara langsung kepada peserta. Setelah mendapatkan pembekalan, mereka langsung mempraktikkan ilmu yang didapat dengan memotret berbagai objek menarik yang ditemui di lokasi kunjungan.
Sebagai puncak dari kegiatan ini, Global Environment Centre menyelenggarakan lomba fotografi. Peserta diajak untuk berkreasi dengan mengabadikan momen-momen inspiratif yang berhubungan dengan lingkungan. Dengan tema yang menarik, peserta diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi berbagai sudut pandang dan teknik pengambilan gambar. Melalui lomba ini, diharapkan peserta tidak hanya menghasilkan karya yang estetis, tetapi juga mampu menyampaikan pesan-pesan penting tentang pelestarian lingkungan. Selain itu, lomba ini juga menjadi ajang untuk mengapresiasi karya-karya peserta dan memberikan motivasi bagi mereka untuk terus berkarya.