Training Mangrove Restoration, Coastal Erosion, & Sea Level Rise Monitoring

Tindak lanjut dari kunjungan lokasi pesisir di 2 (dua) desa di Kabupaten Bengkalis yaitu Desa Buruk Bakul dan Desa Kelapa Pati adalah dilaksanakannya pelatihan bagi kelompok pemerhati mangrove bagi dua desa tersebut. Kegiatan pelatihan ini merupakan rangkaian upaya penyelamatan dan konservasi kawasan ekosistem mangrove yang mana merupakan bagian penting dari wilayah pesisir yang memiliki peran ekologis dan ekonomis signifikan. Mangrove menyediakan habitat bagi berbagai spesies, melindungi garis pantai dari erosi, dan menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat pesisir.

Pengelolaan mangrove berbasis masyarakat merupakan strategi efektif untuk memastikan kelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem ini. Oleh karena itu, diperlukan penguatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan mangrove.

Foto bersama Perwakilan (kiri ke kanan)Pemerintah Desa Kelapa Pati, Yayasan Bahtera Melayu, Tenaga Ahli, Dinas LHK Kab. Bengkalis, KPH Bengkalis Pulau, Camat Bengkalis Pulau, Yayasan Gambut dan Politeknik Bengkalis

Dalam pembukaan kegiatan pelatihan dihadiri oleh multipihak yang sangat mendukung dengan adanya program ini. Undangan yang ikut hadir dalam pembukaan adalah Camat Bengkalis Pulau, Kepala KPH Bengkalis Pulau, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup & Kehutanan Kabupaten Bengkalis, Perwakilan Yayasan Bahtera Melayu serta Pemerintah Desa Kelapa Pati. Peserta yang mengikuti pelatihan adalah Kelompok Sekat Bakau Desa Buruk Bakul, Kelompok Mangrove Parit Seghagah, perwakilan dari Universitas Politeknik Bengkalis serta Kelompok Mangrove Belukap dari Desa Teluk Pambang.

Peserta Pelatihan dari Kelompok Sekat Bakau Desa Buruk Bakul, Kelompok Mangrove Parit Seghagah Desa Kelapa Pati

Dalam pelatihan ini menghadirkan Tenaga Ahli Ekologi Mangrove dan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Tenaga Ahli Pemetaan dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir. Dimana proses pelatihan diawali dengan penjelasan materi terkait bagaimana nilai baik dan potensi yang terdapat di ekosistem mangrove dan faktor-faktor yang menjadi ancaman kerusakan di wilayah pesisir. Pentingnya memahami kawasan secara spasial juga menjadi pengetahuan kelompok untuk dapat merancang dan membuat kegiatan jangka panjang bagi kelompok untuk memprioritaskan aktivitas.

Salah satu peserta sedang melakukan pengurukan pohon bakau dalam praktik transek

Sekitar 40 peserta pelatihan dibagi menjadi 3 kelompok untuk praktik lapangan, di mana setiap kelompok melakukan penelitian untuk mengamati dan mencatat kejadian-kejadian atau objek tertentu di sepanjang jalur atau garis lurus yang telah ditentukan di dalam kawasan mangrove di Desa Kelapa Pati. Peserta pelatihan mengukur distribusi atau melihat jenis tumbuhan yang tersebar di dalam area transek. Praktik ini bertujuan mencatat jenis pohon, diameter, dan ketinggian untuk mengetahui struktur hutan mangrove yang mana data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan data yang dapat dipergunakan untuk kebutuhan kelompok dalam menjalankan kegiatan.

Analisis data temuan lapangan juga dilakukan dengan pendekatan teknologi dan informasi, hal ini bertujuan untuk mempermudah kelompok dalam menganalisis dan penyajian data dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.