Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) memiliki potensi Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di sepanjang pesisir pantai dan sungai yang terpengaruh pasang air laut, tanaman nipah termasuk tanaman dari suku Palmae dan di kelompokkan pula kedalam tanaman hutan mangrove. Nira nipah umumnya disadap hanya untuk diminum, sedangkan daun nipah dimanfaatkan sebagai bahan pembuat atap, dinding, dan aneka keranjang anyaman.
Dari Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 Tahun 2013 dan citra spot 5 tahun 2012 bahwa sebaran Nipah di Rohil pada kawasan sepanjang sungai dan rawa – rawa di perkiraan seluas 384,53 Hektar yang tersebar di 16 Desa atau 5 Kecamatan dengan rincian perkiraan luasan di Kecamatan Bangko 202,49 Ha, Kecamatan Sinaboy 145,95 Ha, Kecamatan Kubu 14,11 Ha, Kecamatan Kubu Babussalam 12,95 Ha dan Kecamatan Pasir Limau Kapas 9,03 Ha (Rudianda Sulaeman, 2013)
Potensi Tanaman Nipah
Berdasarkan hasil penelitian Heriyanto dkk (2011) jumlah rata-rata pohon nipah per hektar adalah 1.972 dengan rata-rata jumlah pohon yang berbuah 674 pohon/ha dengan jumlah buah tua sebanyak 71.476 Buah.
Tepung Nipah
Tepung Nipah dapat dihasilkan dengan mengolah buah nipah yang sudah tua, perkiraan potensi daging buah tua nipah dapat mencapai 2,55 ton/ha jika di olah menjadi tepung Nipah bisa mencapai 1,19 ton/ha. Tepung buah nipah mempunyai kandungan gizi yang cukup baik dan potensial untuk dikembangkan menjadi makanan alternatif, kandungan lemaknya rendah dibandingkan tepung beras, jagung dll serta mengandung protein nabati yang di perlukan tubuh.
Gula Nipah
Gula nipah dibuat dari nira, dalam satu hari nira nipah bisa mencapai maksimum 1.5 liter/pohon, dan umumnya rata -rata produksi nira nipah antara 0,33 s/d 1 liter/hari/pohon. Dalam satu hektar setidaknya terdapat potensi nira nipah sebanyak 600 liter/hari dan jika di proses menjadi gula bisa menghasilkan hingga 120 kg gula merah nipah/ha.
Bahan untuk pembuatan Bioetanol
Menurut Asbudi salam dkk (2019) potensi bioetanol dari nipah bisa mencapai 3.979 Liter bioetanol per hektar per tahun, jika total luasan nipah di Rokan Hilir bisa di manfaatkan menjadi bioetanol maka potensi yang dihasilkan bisa mencapai 1,5 juta liter bahan bakar bioetanol yang ramah linkungan per hektar per tahun.
Masyarakat Rokan Hilir belum memanfaatkan tanaman tersebut secara optimal dan hanya untuk kebutuhan sendiri, masyarakat lebih banyak mengeksploitasi tanaman bakau yang dijual untuk kebutuhan cerocok bangunan dimana aktifitas tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada hutan mangrove, jika di lihat dari berbagai macam potensi hutan nipah tersebut di perlukan upaya bersama para pihak untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam yang lestari sejalan dengan peningkatan ekonomi masyarakat yang tentunya hal tersebut bisa di capai jika para pihak mampu bekerjasama dengan baik.