Rehabilitasi Mangrove Desa Buruk Bakul

Yayasan Gambut mendukung rehabilitasi mangrove di desa Buruk Bakul kecamatan Bukit Batu sebanyak 1000 bibit mangrove Rhizopora Apiculata pada Januari 2022, Komunitas Sekat Bakau memulai inisiatif sejak tahun 2019, hingga saat ini total bibit mangrove telah ditanam di sepanjang Desa Buruk Bakul sebanyak 4.500 batang didukung dari berbagai pihak antara lain Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Riau, Pemerintah Desa Buruk Bakul dan Yayasan Gambut

Komunitas Sekat Bakau mengalami kendala dalam melakukan kegiatan rehabilitasi mangrove dimana tingkat kelangsungan hidup tanaman rendah. Jenis mangrove yang ditanam adalah karena pengaruh kuat gelombang, terutama pada Musim Utara. Dari 100% yang ditanam saat Musim Utara datang, hingga Musim Timur ini hanya sekitar 10-15% yang hidup atau mampu bertahan. Komunitas Sekat Bakau berharap para pihak dapat membantu membiayai pembangunan Alat Pemecah Gelombang (APO). APO yang dibangun menggunakan atau memanfaatkan bambu atau alang-alang dan nibung yang banyak terdapat di Desa Buruk Bakul. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Pangkalan Jambi Kecamatan Bukit Batu, model APO yang sesuai dengan karakteristik Pantai Selat Bengkalis khususnya di Desa Buruk Bakul Bakul adalah Segitiga Mangrove Barrier

Kelompok Sekat Bakau foto Bersama sebelum melakukan penanaman

Selama ini sumberdaya mangrove di Desa Buruk Bakul belum dipandang sebagai potensi yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Selama ini pemanfaatannya oleh masyarakat hanya sebagai bahan bakar, bahan bangunan, sedikit untuk pangan dan obat-obatan serta lahan budidaya (tambak udang). Berdasarkan pengamatan masyarakat Desa Buruk Bakul, laju abrasi khususnya di pesisir Desa Buruk Bakul sejak 15 tahun terakhir kurang lebih 15 meter. Dalam setahun, abrasi garis pantai Desa Buruk Bakul adalah 1 meter.

Rusaknya hutan mangrove di Desa Buruk Bakul akan berdampak pada turunnya produktivitas perikanan di Selat Bengkalis yang menjadi tempat para nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan. Hal ini akan berdampak pada perekonomian masyarakat. Namun, jika hutan mangrove dikelola dengan baik, masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan nelayan akan mendapat dampak positif

Leave a Comment